TUGAS7 BANK SOAL KELAS X-XII. 1. Sosiologi merupakan pengetahuan yang menguraikan hubungan manusia dan golongannya, asal dan. kemajuannya, bentuk dan kewajibannya, merupakan definisi sosiologi menurut a. Gustav Ratzenhofer. b. Pitirim A. Sorokin.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Simbol Kebudayaan Dalam Rumah Adat Masyarakat Suku NiasABSTRAKSIManusia adalah makhluk yang hidup dan memiliki budaya-budaya adalah bagian dari kebiasaan-kebiasaan dari manusia yang mencangkup mengenaipengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum dan adat istiadat dalam budaya masyarakat Nias ada rumah adat yang sering disebut sebagai OmoNiha, artinya adalah rumah adat, rumah adat ini menggambarkan identitas dari suku Nias, sebabrumah adat ini memancarkan simbol yang menyentuh keberadaan suku Nias yang hidup danbertahan nya adat istiadat dari suku adat Nias mengandung nilai-nilai yangmenyentuh realitas hidup dari masyarakat Nias, seperti nilai religius, sosial dan nilai merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang fundamental yang dimana terciptanyakondisi yang harmonis yang menyangkut hubungan manusia dengan alam dan yang Pengetahuan, Kepercayaan, Seni, Moral dan Adat Istiadat PENDAHULUANManusia adalah makhluk yang berbudaya yang di mana manusia selalu memanfaatkanakal dan budi nya untuk menciptakan suatu kebahagiaan. Kebahagiaan manusia tersebutmenciptakan suatu yang baik, benar dan adil. Kebahagiaan tersebut dilakukan secara turuntemurun sehingga menciptakan kebiasaan dalam hidup bermasyarakat dan terbentuklah suatubudaya. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang begitu rumit, baik dari sistem agama, politik,suku, adat istiadat, bahasa, bangunan dan karya satu dari wujud konkret kebudayaan ialah rumah. Rumah dalam segi kebudayaanmerupakan ekspresi dari budi manusia yang di mana kebudayaan tersebut berfungsi sebagaikomunikasi dan merupakan landasan sebuah pemahaman yang dapat dimengerti. Struktur rumahadat Nias disusun atas dasar nilai-nilai dan pandangan kosmologi masyarakat Nias RUMAH ADAT MASYARAKAT NIASPulau Nias merupakan pulau yang berada di Sumatra Utara, pulau Nias dikenal sebagaipulau yang penuh dengan kebudayaan, seperti lompat batu, tari tarian daerahnya, ragambahasanya, rumah adatnya dan terlebih tempat wisata nya, sehingga daerah tersebut membuat dayaTarik bagi para wisatawan baik dari local maupun internasionalRumah adat Nias atau sering disebut orang Nias sebagai Omo Niha’ merupakan salah satuciri dari masa dimana masyarakat penghuni pulau Nias mulai mengalami perkembangan,kemajuan dan pengetahuan yang tinggi dari sebelum-sebelumnya. Pengetahuan mereka dapatimelalui kelompok yang datang dari tempat lain. Di pulau Nias ini rumah adatnya juga bterbagaiatas dua jenis, yakni omo sebuah rumah raja dan omo hada rumah rakyat dalam dua jenisrumah adat ini kelihatan nampak sekali perbedaan antara rumah sang raja dan rumah rakyat sang raja itu biasanya terletak di tengah perkampungan PERKAMPUNGANKampung di masyarakat Nias biasanya disebut bonua, bonua merupakan suatu satuansosial yang tertinggi dalam masyarakat Nias tersebut. Dalam masyarakat Nias, istilah bonuabukan hanya sebuah perkampungan saja tetapi mencakup lebih luas lagi, yaitu dunia atau masyarakat Nias ada tata tertib sosial yang dibatasi oleh norma-norma yang berlaku dalambonua yang ditetapkan dalam perkampungan yang berada di daerah Nias berbeda satu dengan yang lainnya. Polaperkampungan Nias selatan berbeda pula dengan perkampungan di wilayah Nias Utara. Polaperkampungan Nias Selatan berbentuk silang atau L atau perkampungan di Nias Selatan beradadi atas perbukitan, hal ini di buat oleh masyarakat setempat agar susah diserang oleh di daerah tersebut memiliki akses dari rumah yang satu kerumah yang lainnya, halini dimaksudkan agar mempermudah untuk berkomunikasi antara perumahan di daerah Nias Utara sebagian besar berada pada pesisir di daerah Nias Utara mempunyai suatu bentuk yang sangat terbuka. Rumah disusunsecara berkelompok dalam desa kecil atau tersebar ke beberapa NIHA MENGGAMBARKAN ONO NIHANiha berarti manusia yang memiliki rumah khusus Omo Niha’ di ibaratkan sebagaimanusia yang memiliki dunia terkecil yang nyata dimana ia dan keluarga nya melangsungkankehidupan dan peradabannya sebagai masyarakat suku Nias. Omo Niha juga disebut sebagai tubuhmanusia sehingga beberapa bagiannya menggunakan istilah anatomi tubuh ARSITEKTUR RUMAH ADAT NIASPada saat kelompok imigran datang ke wilayah Nias mereka membawa berbagai bentukpengetahuan dan ketrampilan, mereka tidak langsung mendirikan tempat untuk tinggal secarapermanen karena mereka kekurangan bahan untuk membangun sebuah rumah, akan tetapi merekasudah memiliki konsep arsitektur hunian. Kelompok imigran ini juga membutuhkan beberapawaktu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang hidup sesuai dengan situasi alam dan kearifan yang telah mengakar dalam hatimereka ekspresi kan dalam membangun tempat hunian. Dalam pembangunan tempat hunianmemakan waktu dan proses yang cukup panjang, proses pengerjaan dilakukan dari generasi kegenerasi yang menyebar ke wilayah yang berbeda pula. Bentuk baru dari bangunan yang merekahasilkan tersebut menjadi bagian dari pembentukan identitas masing-masing kelompok danmenandai perkembang wujud kebudayaan material terwujud dalam rumah adat tidak boleh dipandang darisisi fisiknya tetapi dari segi arsitektur nya begitu banyak ide-ide bahkan boleh dikatakanbahwa rumah itu sendiri menjadi gudang ide atau gagasan dan pemikiran sarana ekspresi seni,pengetahuan yang sangat sistematis dan kemudian menjadi pangkalan kelestarian dari SETEMPAT ADALAH KUNCI KESINAMBUNGAN PEMBANGUNANWarga setempat berpikir bahwa mereka tidak berurusan dengan perawatan danpemeliharaan jalan dan aset desa Kebiasaan masyarakat disana menganggap bahwa urusanjalan adalah urusan pihak yang berwajib seperti pemerintah, organisasi-organisasi masyarakatdaerah, sehingga mereka tidak peduli akan jalan yang sudah rusak, itulah pemikiran masyarakat didaerah tersebut. Terkadang pembangunan menjadi hambatan dari pihak pemerintah sendiri,beginilah cara pemerintah mendapatkan uang akan tetapi pembangunan tidak berjalan. Namun jikapembangunan telah rampung oknum pejabat tersebut mengambil nama dan muka supaya terkenal,mereka mengklaim bahwa pembangunan tersebut berasal dari mereka. FUNGSIBerdasarkan bentuk kesenian, arsitek memiliki keunggulan bukan hanya pada semata-mata terletak pada estetikanya, melainkan di tentukan oleh Dalam keragaman bentukatau keseluruhan rumah adat Nias tidak hanya dibatasi oleh objek atau seni ukir lainnya agarkelihatan indah. Dari setiap bentuk rumah adat tersebut memiliki fungsi dan makna tertentumeskipun tidak kelihatan secara fisik. Pada umumnya rumah adat masyarakat Nias berbentukpanggung yang yang cukup tinggi, bentuk tersebut memiliki makna bagi mereka agar terhindardari sega mara bahaya yang akan menimpa mereka. Akan tetapi hal ini masih belum cukup , makapintu utama masuk ke rumah dai bawah, hal ini dimaksudkan agar lebih mudah mengontrolancaman baik dari manusia maupun hewan lainnya. Itu adalah ciri khas dari rumah bangsawan, akantetapi bagi masyarakat biasa memasuki lewat pintu samping. Hal ini juga menandakan identitasprofesi bagi suku rumah adat Nias ada batu alas yang dapat menopang bangunan dan menahanbangunan pada saat terjadi goncangan gempa bumi atau menahan kekuatan gempa. Karena itutiang pancang tidak di tanamkan ke dalam dan bangunan adalah bangunan yang itu batu alas berfungsi juga sebagai memperpanjang usia umur tiang utama agartetap utuh dan tidak kontak dengan air. Ini adalah sikap antisipasi masyarakat Nias terutamaterhadap ancaman binatang atau ancaman lainnya, seperti bencana bangunan tradisional budaya Nias memiliki konstruksi atap yang melengkung, bahandasar atap dari rumah ini adalah terbuat dari hasil alam yaitu Rumbiah. Akibat curah hujan tinggidan musim kemarau tidak berakibat dibagian dalam rumah dan membuat perputaran udara didalamrumah tersebutRAGAM BENTUKArsitektur dalam rumah adat Nias terbagi dalam empat bentuk. Pertama adalah rumahadat di Gomo kabupaten Nias Selatan, berbentuk segi empat. Bentuk ini dapat di temukan di NiasTengah. Kedua rumah adat Nias di daerah sungai Idanoi Gawo dan Idanoi Mola, yang berbentukpersegi empat. Bentuk ini dapat di temukan di daerah Gido kabupaten Nias. Yang ketiga, rumahadat Nias di kabupaten Nias Utara dan Nias Barat. Rumah ini berbentuk bulat yang disebut omoasali bowo. Yang keempat bentuk rumah adat ini juga ditemukan di kabupaten Nias selatan yaknidi desa-desa Nias HIASRumah adat Nias dilengkapi dengan sejumlah ragam hias yang diukir dan di pahat padadinding, tiang maupun pada peralatan lainnya. Ragam hias ini diwujudkan dalam berbagai corakatau bentuk dengan nama-nama berbeda. Dalam pembuatan ragam hias ini menunjukkan statussosial pemiliknya dalam hias dalam rumah adat Nias dapat dikelompokkan menjadi tiga yakni ragambercorak flora, ragam bercorak fauna dan ragam hias corak perhiasan dan peralatan. Masing-masing memiliki ragam, fungsi dan makna dalam rumah adat KOSMOLOGISetiap kelompok masyarakat, daerah atau pun suku memiliki suatu pemahaman bahwaalam raya ini terbagi atas tiga dunia yang satu dengan lainnya saling berkaitan kesatuan tersebutadalah dunia atas, dunia bawah dan dunia tengah. Dalam pemahaman masyarakat Nias juga diwujud nyatakan dalam bentuk rumah adat, kesenian yang dimana harus diawali dengan ritual-ritualseperti pemotongan hewan biasanya hewan tersebut adalah babi, ritual selanjutnya adalah berdoamemohon berkat kepada sang pencipta agar segala kegiatan yang akan dilangsungkan dapatberjalan dengan baik dan rangka mendirikan sebuah rumah adat tersebut pastinya memiliki waktu yang cukuplama, karena dilakukan secara manual dan kurangnya bahan dalam proses pengerjaan tersebut,hingga pembangunan tersebut berlangsung cukup lama dan bahkan proses pengerjaan nya dilakukansecara turun atau keindahan dalam setiap budaya setempat selalu mengacu pada kebudayaanmasing-masing, terlebih-lebih bangunan adat yang ada pada daerah tersebut dan ini akan menjadiikon budaya tersebut yang dimana ikon tersebut dapat memperkenalkan kekayaan kebudayaanyang ada di daerah RITUAL DALAM PENDIRIAN RUMAH ADATKebudayaan dalam arti gaya kehidupan masyarakat Nias secara khusus dapat dilukiskandan didefinisikan oleh hubungannya dengan segala konsep tatanan atau hukum yang perpecahan disitu dapat ditemukan kebudayaan. Akan tetapi kebudayaan bersama akanditemukan dalam lingkungan hidup bermasyarakat bila adanya aturan atau pola simbol yangmengatur cara hidup sosial dari masyarakat itu pembangunan rumah adat tersebut sangat la cukup panjang dan memperoleh waktuyang cukup lama, serta diiringi pemotongan babi sebagai suatu bentuk kebahagiaan yang ingin membangun akan menyampaikan rencana pembangunan rumah tersebutkepada kerabat dekat, keluarga serta pendiri dari rumah selanjutnya adalah penebangan pohon, kayu yang digunakan dalam sebuah ritualpembangunan ialah kayu ulin, kayu tersebut dikenal sangat kuat dan besar kayu ini disebut dengankayu Manawa dano, pada ritual penebangan kayu ini pemimpin adat akan melakukan doa-doa danmemohon ijin kepada penghuni pohon tersebut. Pemilik pohon tersebut bernama BELLA, orangsuku Nias mempercayai bahwa mahluk ini tinggal di atas sebuah pohon ulin, yang dimana pohonulin ini sering di pakai untuk membangun rumah adat di daerah Nias. Ritual ini bertujuan agar kayutidak mudah rusak dan pemilik kayu tersebut tidak terkena sakit akibat penunggu pohon KEBUDAYAAN MASYARAKAT NIAS DALAM HUBUNGANPANDANGAN ANTROPOLOG TENTANG SIMBOL KEBUDAYAANRAIMOND FIRTHPendapat Raimond Firth ini mengatakan bahwa hakikat simbol ini terletak dalampengakuan bahwa hal yang satu mengacu pada hal yang lainnya atau saling berhubungan denganhal-hal abstrak, serta hal-hal yang khusus dengan hal yang umum. Kesinambungan pernyataanini pertama-tama bahwa rumah adat itu merupakan suatu simbol kebesaran dan kemegahan disetiap suku bangsa dan ini menentukan identitas suku bangsa. Artinya simbol di balik itu memilikisuatu makna yang dapat merangkum isi seluruhnya. Berarti rumah adat dari suku Nias ini bukanhanya sekedar bentuk, keindahan melainkan melambangkan suatu identitas dari suku DOUGLASDalam buku THE POWER OF SYMBOL Mary Douglas berpendapat bahwa ada suatuhubungan yang erat antara manusia dan masyarakat manusia, di semua zaman dan di semuatempat. Artinya susunan analogi dalam tubuh manusia cocok sekali di terapkan dalammasyarakat umum. Susunan, tata kerja dan hubungan antara pelbagai bagian tubuh dapat disejajar kan dengan hidup di setiap masyarakat satu-satunya simbol menurut Marry bahwa adanya variasi-variasi antara pelbagaicorak masyarakat, tetapi semua masyarakatnya ada di dalam kategori umum sosial di masyarakat sosial yang tertutup dengan sendirinya berkepentingan akan statustanah dan susunan hierarki. Dalam masyarakat Nias juga tentunya berbeda-beda pengelompokan,setiap kelompok itu memiliki kepala suku nya masing-masing dan susunan pengurus desa tersebutdan berbeda pula aturan dan logat bahasa di setiap TURNERMenurut Turner ada dua judul buku yang sangat terpenting untuk menyingkapkan minatpada bentuk-bentuk simbolisme, yaitu The Forest of Symbol dan The Ritual Process. Dalambuku yang ditulisnya tersebut hendak menbicarakan fungsi simbol dalam mengatur kehidupansosial, ia menyadari bahwa ada dua segi yang harus di pertimbangkan yaitu penciptaan peran-peranan dan praktek ritual suku-suku bangsa menjadi sebuah simbol yang mengaturkebudayaan setempat. Simbol menjadi suatu bagian yang terkecil dari ritus yang masihmempertahankan tingkah laku dalam ritual adat. Simbol menjadi kesatuan yang paling mendasardari tindakan kebudayaan. Menurut Turner simbol adalah sesuatu yang hidup, terlibat dalamproses hidup masyarakat, bersikap kultural dan sangat religius. Dalam budaya Niaspembangunan rumah adat atau Omo Niha merupakan kegiatan yang sangat religius yang dimanadi perlukan ritual- ritual dalam pembangunan rumah tersebut, dan sebelum mereka membangunRumah, mereka meminta ijin terlebih dahulu kepada penunggu pohon untuk mengambil batangpohon yang akan di jadikan rumah nantinya. Prinsip ini menjadi sangat mendasar bahwa ritual,simbol dan perilaku keagamaan masyarakat dilihat sebagai proses yang terus menerus berulang,dari generasi ke budaya Nias sering melakukan sebuah kegiatan bersama, yang dimana kegiatantersebut dapat menjalin kebersamaan dan menghilangkan konflik dan perpecahan baik antaraindividu dengan individu baik juga antara kelompok dengan kelompok. Dalam kegiatan inimenjadi sarana pengungkapan emosi atau perasaan yang dialami oleh GEERTZMenurut Geertz kebudayaan berarti suatu pola makna yang ditularkan secara historisberwujud dalam simbol-simbol, suatu sistem yang di warisi yang terungkap dalam bentuk simbol-simbol dalam masyarakat. Dalam hidup sosial tidaklah cukup hanya menafsirkan suatukebudayaan akan tetapi harus disertai dengan simbol karena simbol tersebut merupakan bagian darikebudayaan-kebudayaan yang ada di daerah masing-masing. Seperti hal nya suku Nias memilikisebuah kebudayaan yang pastinya tidak memiliki suku lain, yaitu lompat batu, lompat batu iniadalah syarat yang harus dilakukan laki-laki ketika hendak menikah, ini adalah syarat yang harusdi patuhi dan diwajibkan bagi orang tersebut menjadi suatu bentuk identitas masyarakat Nias situ sendiri. Karena simbo-lsimbol kebudayaan yang ada tidak dapat ditemukan dalam kebudayaan dimiliki suku Nias terletak pada simbol-simbol kebudayaan itu. Maka sangatlah pentingpenafsiran simbol apabila kita membicarakan sebuah adalah makhluk yang berbudaya titik tersebut dapat berupa senibangunan misalnya rumah adat dalam suku Nias mencerminkan cita-cita danpengharapan serta pandangan hidup setiap suku demikian halnya suku Nias memiliki rumah adatyang disebut dengan Omo NihaYang di mana dapat menggambarkan identitas masyarakat Niasyang disebut dengan Omo suku Nias rumah adat dapat menjadi sebuah simbol yang hidup dan bertahan nyaadat istiadat rumah adat tersebut merupakan tempat tradisi para leluhur dari generasi ke generasiSebab di mana ada rumah adat disitu ada peradaban lestari dan perkembangankebudayaan. Rumah adat Nias Menjadi simbol kosmologi, Status, sosial, adat istiadat danidentitas diri. Di dalam kebudayaan tersebut terkandung nilai-nilai dan pesan-pesan yang sangatmenyentuh realitas kehidupan masyarakat suku adat Nias semakin jelas bila kita menyimak Selayang Pandang tentang asal-usuldan pandangan kosmologi masyarakat Nias. Masyarakat Nias memahami dunia sebagai satukesatuan yang teratur, Menurut suku Nias dunia terbagi atas tiga yaitu, Dunia atas, dunia Tengah,dan dunia bawah. Dari segi aspek kosmologi Diwujudnyatakan dalam pembangunan rumah pembangunan rumah adat tersebut dilakukan ritual ritual persembahan kepada dewa dankepada leluhur dengan bertujuan menciptakan suasana harmonis dan masyarakat Nias dapathidup dengan rumah adat dalam suku Nias tidaklah Sama di semua wilayahNias. Perbedaan itu tu berkaitan dengan alasan adat istiadat dalam kemasyarakatan. Setiapdaerah masing-masing menonjolkan keunggulan dan adat istiadat daerah mereka. MasyarakatNias mengembangkan ide-ide dalam pembangunan rumah adat tanpa menghilangkan ide dasardari para nilai sosial politik yang menyangkut aspek keamanan. Dalam rumah adat NiasDapat dilihat dari bentuk panggung yang dimana tiang-tiangnya berdiri tegak tetapi jugaMenyilang. Hal ini dimaksudkan agar rumah adat tersebut dapat terhindar dari bencana alam dangangguan dari para musuh dan hewan buas titik nilai sosial dari rumah ini mendorongmasyarakat Nias bertindak sesuai dengan hukum adat yang adat dapat menjadi peluang dalam usaha membangun inkulturasi, bentuk, danstruktur. Telah terbukti ideal sebagai tempat Hunian yang nyaman yang di mana bencana alamtidak dapat merusak bangunan budaya tersebut. Rumah adat ini dapat memperkokoh identitasbudaya Nias dengan cara yang unik yaitu lewat budaya dan nilai-nilai yang terkandung dalamrumah adat tersebut. 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
dalampenelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dalam hal ini melakukan observasi, wawancara, dan kajian pustaka. Dalam penelitian kualitatif ini melakukan pendekatan disiplin ilmu etnomusikologi dengan maksud untuk mendeskripsikan nilai-nilai musik dalam kebudayaan. Kata Kunci : ESTETIKA, MUSIK MARAKKA, UPACARA RAMBU SOLO' Setiap kebudayaan memiliki simbol. Simbol terpenting suatu kebudayaan masyarakat adalah .... A. pakaian B. kesenian C. alat musik D. kerajinan tangan E. bahasaPembahasanSetiap kebudayaan memiliki simbol. Simbol terpenting suatu kebudayaan masyarakat adalah E-Jangan lupa komentar & sarannyaEmail nanangnurulhidayat terus OK! 😁 dalamsuatu masyarakat dan cara-cara mereka berhubungan dengan lingkungan dan kelompok sosial lainnya.Fungsi ideologi ini berkisar pada bagaimana anggota masyarakat memilki pandangan yang umum pada dunia,seperti bagaimana prinsip-prinsip moral,etos dan prinsip-prinsip estetik. Serta Sub-Budaya, antara lain:

Budaya atau yang dikenal dengan kebudayaan diartikan oleh seorang ahli antropolog Geertz sebagai suatu pola dari makna-makna yang tertuang dalam bentuk simbol-simbol yang diwariskan melalui adalah sistem yang terbangun melalui manusia dalam berkomunikasi, mengekalkan, dan mengembangkan pengetahuan tentang kebudayaan itu sendiri dan cara manusia mengambil sikap dalam menghadapi kehidupan Syam yang juga seorang ahli antroplog mengatakan bahwa simbol adalah cara mengungkapkan sesuatu yang sangat berguna untuk melakukan komunikasi. Dari hal tersebut dapat dipahami bahwa manusia sebagai makhluk yang dapat dikatakan berbudaya, berkomunikasi dengan melontarkan dan memaknai simbol melalui jalinan interaksi sosial yang demikian, simbol dalam budaya dapat diartikan sebagai sebuah petunjuk dalam memperluas cakrawala wawasan para masyarakat agar selalu berbudaya. Pada dasarnya simbol dalam budaya sebenarnya dapat dimaknai dalam bentuk tersebut adalah bahasa verbal maupun bentuk bahasa non verbal pada pemaknaannya dan wujud riil dari akibat interaksi simbol ini terjadi dalam kegiatan komunikasi. Beberapa contoh simbol dalam budaya beserta makna dan fungsinya yaitu BahasaBahasa merupakan suatu simbol dalam budaya yang pertama kali ada sebelum simbol lainnya. Salah satu fungsi penting dari bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa sendiri memiliki pengertian sebagai alat komunikasi yang terorganisasi dalam bentuk satuan-satuan, baik dalam bentuk kata, kelompok kata, klausa, dan kalimat yang diungkapkan baik secara lisan maupun menurut Linguistik Sistem Fungsional LSF bahasa adalah suatu bentuk semiotika sosial yang sedang melakukan pekerjaan dalam suatu konteks situasi dan konteks kultural, yang dapat digunakan baik secara lisan maupun tertulis. Dengan adanya bahasa manusia dapat mengungkapkan apa yang dirasa, dilihat, dan menjelaskan tentang kondisi dalam adalah simbol kebudayaan tertua dan terpenting sejauh ini. Hal ini dikarenakan semua hal yang ada dibumi ini akan tersampaikan dengan baik apabila bahasa pengantar yang digunakan dapat dimengerti dengan mudah antara satu orang dengan orang bagian dari simbol kebudayaan, bahasa telah berkembang dengan baik dan memiliki jumlah ribuan jenis. Ribuan jenis bahasa bahkan telah memiliki sistemnya tersendiri hingga membentuk suatu tata sendiri memiliki dua hal penting yang harus digaris bawahi yaitu yang pertama, secara sistematik bahasa merupakan wacana atau teks yang terdiri dari sistem unit kebahasaan yang secara hirarkis bekerja secara simultan dari sistem yang lebih rendah, fonologi/ grafologi, menuju sistem yang lebih tinggi, struktur teks, dan semantik level dalam bahasa itu sendiri tidak dapat dipisahkan karena memiliki peranan yang saling terkait dalam membentuk bahasa itu sendiri dalam bentuk suatu wacana secara holistik. Kedua, secara fungsional bahasa digunakan untuk mengekspresikan suatu tujuan atau fungsi proses sosial didalam konteks situasi dan konteks simbol budaya bahasa memiliki tiga fungsi, yaitu fungsi ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual. Dalam ketiga fungsinya bahasa disebut memiliki fungsi sebagai metafungsi dan ketiga fungsi bahasa tersebut menunjukkan realitas yang ini dapat dijelaskan bahwa bahasa merupakan konstruksi realitas fisik/biologis, realitas sosial, dan realitas simbol yang bersama-sama menjadi fondasi tempat fungsi ideasional, fungsi interpersonal, dan fungsi tekstual bekerja sehingga dapat membentuk suatu simbol dari sebagai sebuah lambang bunyi yang bermakna arbitrer, konvensional, produktif serta dinamis mempunyai banyak fungsi. Menurut Dell Hymes 1964 ada lima fungsi bahasa, yaituMenyesuaikan diri dengan norma-norma sosialMenyampaikan pengalaman tentang keindahan, kebaikan, keluhuran budiMengatur kontak sosialMengatur perilakuMengungkapkan perasaanNormaNorma adalah suatu hal atau tindakan maupun kata-kata yang dihasilkan dari kebiasaan suatu masyarakat tertentu. Banyak para ahli yang mendefinisikan norma sesuai dengan keilmuan yang T. Scaefer dan Robert P. Lamm mendefinisikan norma sebagi suatu perilaku standar yang telah mapan dan terus dipelihara oleh masyarakat. Pada buku Sosiologi Pedesaan 2022 yang ditulis oleh Sriyana menyatakan bahwa Craig Calhoun mendefinisikan norma sebagai pedoman atau aturan yang menyatakan bagaimana seorang indvidu dalam bertindak pada suatu situasi ditengah Utrecht Ernst Utrecht mendefinisikan norma sebagai segala himpunan petunjuk hidup yang digunakan untuk mengatur tata tertib dalam masyarakat. Petunjuk itu juga dipakai dalam mengatur kehidupan bangsa, dan harus ditaati oleh melanggar, akan ada konsekuensi yang harus diterima oleh individu yang melakukan pelanggaran tersebut. Sedangkan, Bellebaum menyimpulkan bahwa norma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mengatur kehidupan tiap individu pada suatu lingkungan jelasnya Bellebaum berpendapat bahwa norma mengatur tiap-tiap individu untuk bertindak atau berperilaku sesuai sikap dan keyakinan yang berlaku di suatu wilayah. Norma memiliki makna aturan yang berkaitan dengan tingkah laku manusia berupa perintah, larangan serta sanksi. Berbeda dengan Hans Kelsen yang mendefinisikan norma sebagai perintah tidak personal dan berbagai definisi tentang norma adapun fungsi dari norma itu sendiri, yaituMewujudkan kehidupan masyarakat yang aman dan lebih tertib sehingga kehidupan antar individu lebih tertib dan tentramSebagai suatu peraturan tidak tertulis yang mengatur segala perbuatan manusia untuk mewujudkan kehidupan yang sesuai dengan impian masyarakat sekitarMembantu sekelompok masyarakat untuk mencapai tujuan dan kesepakatan yang telah dibuat bersamaNorma dapat dijadikan sebagai patokan petunjuk atau pedoman yang digunakan oleh masyarakat untuk menjalani kehidupan bermasyarakat sebagai individu yang memiliki keteraturanDapat dijadikan sebagai suatu alat tak benda yang dapat digunakan untuk mengatur kehidupan manusiaNorma dijadikan suatu batasan tertentu dimana para pelanggarnya akan diberikan konsekuensi yang sesuaiDigunakan sebagai suatu alat tak benda agar seorang individu dengan mudah beradaptasi disuatu lingkungan baru sesuai dengan aturan yang ada ditempat tersebutAdat IstiadatAdat istiadat adalah simbol dari kebudyaan yang lahir hampir bersamaan dengan norma. Pada dasarnya adat istiadat sendiri terlahir dari kumpulan suatu norma yang berlaku pada suatu masyarakat. Pada suatu daerah yang kaya akan budaya pasti kaya juga akan adat Kamus Besar Bahasa Indonesia adat istiadat adalah tata kelakukan yang kekal dan turun temurun dari suatu generasi ke generasi lainnya sebagai warisan, sehingga memiliki integrasi yang kuat dengan pola perilaku istiadat bermakna sebagai aturan tingkah laku yang dianut secara turun temurun dan berlaku sejak lama, yang sifat dari aturannya ketat dan mengikat. Ada beberapa pendapat yang menyatakat bahwa adat istiadat sama seperti dengan berpendapat bahwa adat istiadat memiliki pengaruh dan ikatan yang kuat dengan masyarakat. Sedangkan, Raden Seopomo menyatakan bahwa adat istiadat merupakan suatu yang lahir dari hukum adat atau secara tidak langsung dapat dikatakan sebagai suatu hukum tidak yang terkenal sebagi antropolog Indonesia mendefinisikan adat istiadat sebagai perwujudan dari kebudayaan atau gambaran suatu tata kelakuan masyarakat tertentu yang melahirkan suatu kebiasaan istiadat sendiri berfungsi sebagai peraturan tidak tertulis pada suatu daerah dimana masyrakatnya wajib mematuhinya untuk menciptakan kehidupan yang sejahtera sebagaiman masyarakat daerah tersebut inginkan.

simbolyang dimaksud adalah simbol-simbol yang menjadi acuan di masyarakat atau dengan kata lain adalah simbol-simbol yang dimodernkan oleh masyarakat. Pendapat tersebut dijadikan landasan dalam penelitian ini, yaitu mengenai simbol-simbol dalam iklan yang memuat citra produk dan harus diterjemahkan oleh masyarakat luas sebagai konsumen produk.
Kata "simbol" berasal dari kata Yunani yaitu "simbolon" yang berarti tanda atau ciri yang memberitahu sesuatu hal kepada seseorang. Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa simbol ialah sesuatu seperti; tanda, lukisan, perkataan, lencana, dan sebagainya yang menyatakan sesuatu hal yang mengandung maksud tertentu, misalnya warna putih menyimbolkan kesucian. Jadi, simbol dapat disimpulkan sebagai sesuatu yang mempunyai makna dan nilai tertentu dari masyarakat. Dengan demikian, maka jawaban yang tepat adalah A.
waktuyang ada dalam kebudayaan masyarakat Sragen merupakan bentuk transformasi dari hari tujuh, hari pasaran , bulan Jawa dan Tahun windu ke dalam simbol Matematika. Unsur Waktu dalam kebudayaan Masyarakat Sragen Jawa Tengah perputaran atau rotasinya dapat dijelaskan dengan sistem jam Modulo, hari tujuh menggunakan sistem SIMBOL KEBUDAYAAN kebudayaan yang dihasilkan oleh manusia,tidak selamanya dapat berupa hal yang nyata, dengan kata lain sesuatu yang dapat ditangkap oleh indra penglihatan yang dapat diraba dan disentuh secara langsung, tetapi ada budaya yang dihasilkan manusia secara tersembunyi, atau hanya terwakili oleh sesuatu saja. Dengan begitu, untuk menyebutkannya, ia hanya terwakili dan untuk menjelaskannya barulah ia bisa terungkap secara gamblang dari apa yang dimunculkannya. *SEMOGA MEMBANTU* Simbolkuasa Bourdieu terdiri dari field, habbitus, dan capital . Hasil yang diperoleh adalah simbol kuasa Rumah ADM ditunjukan dalam bahasa nonverbal berupa tata letak bangunan dan tata ruang dalam ( field ); status sosial penghuni rumah serta bentuk dan arsitektur rumah ( habitus ); serta pemilik dan pengelola perusahaan perkebunan ( capital ). Humans as God's most perfect creatures create their own culture and preserve it from generation to generation. Culture is part of the journey of human life. Based on history, culture or culture is something that cannot be separated from human life. Culture is the result of human creativity. Culture exists because of humans and humans develop a variety of cultures according to their needs and desires. Culture develops according to the human environment. Apart from being social creatures, humans also interact with fellow humans according to their habits and habits which in the end become a culture that is always carried out. Culture is a product of human creation. In other words, culture exists because humans created it and humans can live in the midst of the culture they created. Culture will continue to live when humans become residents and culture has enormous uses for all aspects of human life. Culture, which is a universal phenomenon, where every human being in the world has a culture, even though the shape symbol and style, of the culture that is owned varies from various tribes, nations, and races. In the end, the culture that humans have shows their similarities in accordance with human nature and every culture has a place and society is a place for that culture. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 1 KONSEP SIMBOL KEBUDAYAAN SEJARAH MANUSIA BERAGAMA DAN BERBUDAYA Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Sultan Abdurraman Kepulauan Riau Correspondence ningratna_sinta Humans as God's most perfect creatures create their own culture and preserve it from generation to generation. Culture is part of the journey of human life. Based on history, culture or culture is something that cannot be separated from human life. Culture is the result of human creativity. Culture exists because of humans and humans develop a variety of cultures according to their needs and desires. Culture develops according to the human environment. Apart from being social creatures, humans also interact with fellow humans according to their habits and habits which in the end become a culture that is always carried out. Culture is a product of human creation. In other words, culture exists because humans created it and humans can live in the midst of the culture they created. Culture will continue to live when humans become residents and culture has enormous uses for all aspects of human life. Culture, which is a universal phenomenon, where every human being in the world has a culture, even though the shape symbol and style, of the culture that is owned varies from various tribes, nations, and races. In the end, the culture that humans have shows their similarities in accordance with human nature and every culture has a place and society is a place for that culture. Keyword Symbol, Religion, Culture.***** Info Publikasi Artikel Kajian Library Research Sitasi Cantuman Ning Ratna Sinta Dewi. 2022. Konsep Simbol Kebudayaan Sejarah Manusia Beragama dan Berbudaya. Abrahamic Religions Jurnal Studi Agama-Agama ARJ, 21, 1-10. DOI Hak Cipta © 2022. Dimiliki oleh Penulis, dipublikasi oleh ARJ Dikirim Januari 2022 Direview Februari 2022 Dipublikasi Maret 2022 Abrahamic Religions Jurnal Studi Agama-Agama Vol. 2, No. 1 Maret 2022 E - ISSN 2797-6440 P - ISSN 2797-7722 2 Ning Ratna Sinta Dewi Konsep Simbol Kebudayaan Sejarah Manusia Beragama dan Berbudaya ABSTRAK Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun. Kebudayaan merupakan bagian dari perjalanan kehidupan manusia. Berdasarkan sejarah, budaya atau kebudayaan adalah hal yang tidak bisa dipisah dari kehidupan manusia. Budaya merupakan hasil dari kreativitas yang dimiliki manusia. Budaya ada karena adanya manusia dan manusia mengembangkan beraneka ragam kebudayaan sesuai dengan kebutuhan dan juga keinginan. Budaya berkembangan sesuai dengan lingkungan manusia. Selain sebagai makhluk sosial, manusia juga melakukan interaksi dengan sesama manusia sesuai dengan kebiasaan yang dimiliki dan kebiasaan itu yang pada akhirnya menjadi budaya yang selalu dilakukan. Kebudayaan yang merupakan produk ciptaan manusia. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusia yang menciptakannya dan manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup pada saat manusia tersebut menjadi pendudukungnya dan kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi segala aspek kehidupan manusia. Kebudayaan yang merupakan suatu fenomena yang bersifat universal, dimana setiap manusia di dunia memiliki kebudayaan, meskipun bentuk simbol dan corak, dari kebudayan yang dimiliki berbeda-beda dari berbagai suku, bangsa, dan ras. Pada akhirnya kebudayaan yang dimiliki manusia menampakkan kesamaannya sesuai dengan kodrat manusia dan setiap kebudayaan memiliki wadah dan masyarakat adalah wadah dari kebudayaan tersebut. Kata Kunci Simbol, Agama, Kebudayaan. ***** A. Pendahuluan Masyarakat Indonesia pada awalnya banyak menganut paham animisme dan dinamisme, yaitu sebuah paham yang mempercayai bahwa benda-benda tertentu diyakini memiliki kekuatan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat pada saat itu. Agama memiliki peran penting dalam kehidupan umat manusia, Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat Khairil Fazal, 2021. Sebaliknya agama dan kebudayaan mempunyai relasi yang sangat kuat. Sebab keduanya memiliki nilai dan simbol. Agama adalah simbol yang melambangkan nilai ketaatan kepada Tuhan. Selain itu, kebudayaan juga mengandung nilai dan simbol supaya manusia bisa hidup di lingkungannya. Namun perlu ditegaskan bahwa ada perbedaan. Agama itu sudah final, abadi, dan tidak mengenal perubahan. Sementara itu kebudayaan dapat berubah. Namun keduanya dapat saling menggeser dikerenakan daya akal yang dimiliki oleh manusia lama kelamaan akan semakin maju dan berkembang sesuai dengan tingkat kreatifitas yang ada dalam diri manusia. Simbol dalam budaya dihubungakan dengan tanda, dimana tanda tersebut memiliki makna dan juga peranan dalam kehidupan manusia dalam menjalankan kehidupan budayanya Rafael Raga Maran, 2007. Simbol yang digunakan dalam budaya juga akan mempengaruhi tindakan manusia dalam berhubungan dengan manusia lainnya. Sedangkan dalam sejarah dijelaskan bahwa manusia beragama dan memiliki rasa percaya terhadap agama diawali karena rasa 3 takutnya dan ketidak mampuan manusia dalam menghadapi segala persoalan yang terjadi di dunia ini. Tidak hanya dalam persoalan agama, dalam permasalahan budaya. Manusuia awal yang diciptakan oleh Tuhan pertama kali diajarkan mengenai cara pengabdian, yang jika dikaitkan dengan budaya maka, penggunaan akal dalam diri manusia memang sudah ada sejak manusia itu terlahir Sahar Santri, 2015. Selain itu, tindakan yang ada dalam diri manusia juga merupakan bawaan alamiah yang dimiliki oleh manusia sejak di lahir, dan itu juga merupakan bagian dari budaya. B. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan pada pembahasan tentang Konsep Simbol Kebudayaan Pada Sejarah Manusia Beragama dan Berbudaya yakni dengan memnggunakan metode studi pustaka library reseacrh. Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan bukit-bukit berupa dokumen tulisan yang berkaitan dengan persoalan yang membahas tentang simbol-simbol kebudayaan dan agama dalam sejarah manusia. C. Pengertian Konsep Simbol Kebudayaan Konsep menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai rencana, rancangan, atau juga ide dan gagasan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Kata simbol berasal dari bahasa Yunani “symbolos”dapat diartikan sebagai tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang. Simbol atau lambang bisa diartikan sebagai sesuatu seperti tanda, lukisan, perkataan, lencana, ataupun tanda yang berhubungan dengan benda-benda. The Liang Gie menyebutkan bahwa simbol adalah tanda buatan yang bukan berwujud kata-kata, yang digunakan untuk mewakili atau menyingkati sesuatu makna tertentu. Selain itu, simbol sering dihubungkan dengan tanda, dimana hubungan antara tanda dan objek The Liang Gie, 1997. yang bersifat semena-mena arbiter. Setiap tanda tersusun dari dua bagian, yakni signifier penanda dan signified petanda”. Dengan kata lain, penanda adalah bunyi yang bermakna’ atau coretan yang bermakna’. Jadi penanda adalah aspek material dari bahasa apa yang dikatakan atau yang didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran atau konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa. Simbol juga dianggap persetujuan bersama, sebagai sesuatu yang memberikan sifat alamiah atau mewakili atau mengingatkan kembali dengan memiliki kualitas yang sama atau dengan membayangkan dalam kenyataan atau pikiran. Tanda adalah sesuatu yang dikaitkan pada seseorang untuk sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas. Tanda menunjuk pada seseorang, yakni, menciptakan di benak orang tersebut suatu tanda yang setara, atau barangkali suatu tanda yang lebih berkembang, tanda yang diciptakannya saya namakan interpretant dari tanda pertama. Tanda itu menunjukkan sesuatu, yakni objeknya manusia”. Konsep simbol dalam kebudayaan dapat Budiono Herusatoto, 2008 diartikan sebagai suatu rancangan ataupun ide-ide atau gagasan mengenai suatu hal yang berkaitan dengan kebudayaan, yang menjadi sebuah ciri atau identitas dari suatu kebudayaan tersebut. Abrahamic Religions Jurnal Studi Agama-Agama Vol. 2, No. 1 Maret 2022 E - ISSN 2797-6440 P - ISSN 2797-7722 4 Ning Ratna Sinta Dewi Konsep Simbol Kebudayaan Sejarah Manusia Beragama dan Berbudaya D. Simbol dan Budaya Manusia Manusia adalah makhluk yang berbudaya, dimana dalam kebudayan yang ada pada manusia banyak terdapat simbol-simbol, oleh karena itu, budaya yang dimiliki oleh manusia adalah budaya yang penuh dengan warna dan dengan simbolisme, yaitu suatu tata pemikiran atau paham yang menekankan atau suatu tindakan yang telah mengikuti pola-pola yang mendasarkan diri pada simbol-simbol tersebut. Sejarah telah mencatat, bahwa sejarah budaya manusia telah memiliki simbol dan juga telah mewarnai berbagai tindakan-tindakan dan juga tingkah laku, bahasa, ilmu pengetahuan dan juga kehidupan keagamaan dari manusia Budiono Herusatoto 46. Simbol dalam catatan sejarah manusia dapat dilihat dari berbagai kisah keagamaan, misalnya dalam agama Islam. Simbol selalu dikaitkan dengan segala bentuk upacara-upacara keagamaan dan juga kisah-kisah tentang riwayat kehidupan para Nabi, mulai dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad Saw. Simbol juga melekat dalam berbagai bentuk ibadah manusia, baik itu cara berdoa manusia yang dari masa dahulu hingga sekarang tentunya memiliki ciri khas yang sama, yaitu dengan cara menengadahkan tangan keatas dan juga kadang-kadang kepala mendongak keatas langit, dan seolah-olah segala doa yang diucapkan manusia siap mendapatkan balasan dari Tuhan yang ada di atas langit. Pada dasarnya, segala bentuk upacara keagamaan ataupun upacara peringatan apapun yang dilakukan oleh manusia merupakan bentuk dari simbol yang semuanya pasti berbeda-beda. Hal selanjutnya yang sangat menonjol dari simbol budaya manusia adalah dalam persoalan tradisi atau adat istiadat. Dimana diketahui upacara-upacara adat yang ada pada manusia merupakan warisan turun temurun dari generasi terdahulu hingga sekarang, dan tentu melekat dalam setiap diri manusia yang mempunyai budaya yang tinggi. Segala bentuk dan warna dari kegiatan simbol yang dilakukan oleh masyarakat tradisional adalah upaya untuk mendekatkan diri manusia kepada Tuhannya, yang menciptakan dan memberikan kehidupan serta memelihara manusia di dunia ini. Selain itu, simbol juga memiliki peranan dalam ilmu pengetahuan. Namun penggunaan simbol pada ilmu pengetahuan jauh lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan penggunaan simbol pada adat istiadat. Simbol yang digunakan pada ilmu pengetahuan hanya berupa gambar-gambar yang digunakan sebagai cara untuk mempermudah manusia mengetahui dan mengingat tentang hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. E. Simbol dan Tindakan Manusia Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan dengan begitu manusia juga dikatakan sebagai makhluk yang memiliki simbol. Kebudayaan juga dikatakan sebagai sistem simbol, maksudnya sistem simbol perorangan dan hubungannya dengan sistem perorangan lain. Perorangan di sini dianggap sebagai manusia-manusia yang sedang melakukan kegiatan simbolis bersama dalam suatu peristiwa tertentu, seperti kegiatan upacara adat Purwadi, 2002. 5 Manusia dalam hubungannya dengan simbol kebudayaan memiliki beberapa tindakan yang berbeda-beda yang terwujud dalam kebudayaan, antara lain 1. Tindakan Praktis, tindakan praktis ini dikatakan sebagai tindakan biasa. Artinya tindakan yang tidak menyebabkan terjadinya sesuatu, atau ada suatu hal yang tidak ditampilkan. Tindakan seperti ini dikaitkan dengan komunikasi yang terjadi antara seseorang dengan orang lain yang berisi tentang pemberitahuan, penunjukkan, atau pengenalan sesuatu lainnya. Kegiatan ini merupakan awal mulanya terjadinya suatu simbol dalam diri manusia. 2. Tindakan Pragmatis. Tindakan ini digunakan dalam komunikasi manusia guna untuk mempererat hubungan dengan manusia lainnya. Selain itu, tindakan pragmatis ini adalah tahap dimana manusia dapat membedakan antara kegiatan yang berkaitan dengan simbol. Dalam tindakan ini, biasanya manusia memberikan suatu gambaran terhadap simbol yang digunakan. Akan tetapi simbol yang digunakan bersifat sementara dan sangat dibatasi oleh waktu. Misalnya persoalan tukar cincin yang merupakan simbol terjadi pertukaran dan akan terjadinya hubungan baru, dan semua itu tergantung oleh waktu. 3. Tindakan Efektif, dalam tindakan ini manusia dituntut harus mampu berkomunikasi secara efektif dan sifatnya menyeluruh dan juga memiliki batasan waktu. Akan tetapi, tindakan efektif ini berlangsung tanpa syarat. 4. Tindakan Simbolis, tindakan ini sifatnya berjangka panjang dan biasanya digunakan oleh manusia dalam berkomunikasi dengan orang lain. Tindakan simbolis ini memberikan suatu hal yang dapat menguntungkan bagi manusia, karena adanya hubungan timbal balik yang terjadi saat tindakan simbolis ini berlangsung. Selain itu, tindakan simbolis ini banyak dihubungkan dengan hal-hal yang bersifat alamiah. Tindakan simbolis ini terkadang berkaitan dengan sejarah Budiono Herusatoto, 2008. Kedudukan simbol dalam kebudayaan dan juga dalam tindakan manusia yaitu sebagai salah satu dari inti kebudayaan dan juga sebagai salah satu pertanda dari tindakan manusia. Selain itu, simbol yang berupa benda, keadaan atau hal yang sebenarrnya bebas dan terlepas dari tindakan manusia. Namun sebaliknya, tindakan manusia harus selalu menggunakan simbol-simbol sebagai media penghantar dalam berkomunikasi antar sesama manusia. Oleh karena itu, komunikasi yang dilakukan oleh manusia adalah berupa tindakan. Tanpa adanya simbol maka manusia tidak akan dapat melakukan suatu tindakan Soerjanto Poespowardojo, 1977. F. Hubungan Agama dan Budaya Fenomena kehidupan masyarakat dilihat dari aspek dan budaya yang bagaimana menempatkan posisi agama dan posisi budaya dalam suatu kehiduapn masyarakat. Dalam kehidupan manusia, agama dan budaya jelas tidak berdiri sendiri, keduanya memliki hubungan yang sangat erat, agama sebagai pedoman hidup manusia yang diciptakan oleh Tuhan, dalam menjalani kehidupannya. Sedangkan budaya adalah sebagai kebiasaan tata cara hidup manusia yang diciptakan oleh manusia itu sendiri dari hasil daya cipta, rasa Abrahamic Religions Jurnal Studi Agama-Agama Vol. 2, No. 1 Maret 2022 E - ISSN 2797-6440 P - ISSN 2797-7722 6 Ning Ratna Sinta Dewi Konsep Simbol Kebudayaan Sejarah Manusia Beragama dan Berbudaya dan karsanya yang diberikan oleh Tuhan. agama dan kebudayaan saling mempengaruhi kebudayaan, kelompok masyarakat, dan suku bangsa Jacobus Ranjabar, 2006. Budaya dan agama sangat erat kaitannya dalam masyarakat. Hal ini dapat dilihat dalam berbagai perilaku masyarakat selalu dikaitkan dengan agama, meskipun dalam aktivitas apa pun selalu didominasi oleh budaya. Adakalanya dalam ritual tertentu budaya lebih didominasi daripada agama. Namun sebaliknya adakalanya agama lebih berperan dari pada budaya tergantung dari ritual yang dilakukan. Kondisi ini menjadikan budaya dan agama berkaitan erat dalam kehidupan masyarakat saat ini Muhammad, 2020. Kebudayaan tampil sebagai perantara yang secara terus menerus dipelihara oleh para pembentuknya dan generasi selanjutnya yang diwarisi kebudayaan tersebut. Kebudayaan yang demikian selanjutnya dapat pula digunakan ntuk memahami agama yang terdapat pada dataran empiriknya atau agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat. Pengalaman agama yang terdapat di masyarakat tersebut diproses oleh penganutnya dari sumber agama yaitu wahyu melalui penalaran Laode Monto Bauto, 2014. Dengan demikian agama menjadi membudaya atau membumi di tengah-tengah masyarakat. Agama yang tampil dalam bentuknya yang demikian itu berkaitan dengan kebudayaan yang berkembang di masyarakat tempat agama itu berkembang. Dengan melalui pemahaman terhadap kebudayaan tersebut seseorang akan dapat mengamalkan ajaran agama. Misalnya manusia menjumpai kebudayaan berpakaian, bergaul berma- syarakat, dan sebagainya Laode Monto Bauto, 2014. G. Sejarah Manusia Beragama dan Budaya Negara Indonesia adalah salah satu negara multikultur terbesar di dunia, hal ini dapat terlihat dari kondisi sosiokultural maupun geografis Indonesia yang begitu kompleks, beragam, dan luas. “Indonesia terdiri atas sejumlah besar kelompok etnis, budaya, agama, dan lain-lain yang masing- masing plural jamak dan sekaligus juga heterogen “aneka ragam”. Sebagai negara yang plural dan heterogen, Indonesia memiliki potensi kekayaan multi etnis, multi kultur, dan multi agama yang kesemuanya merupakan potensi untuk membangun negara multikultur yang besar “multikultural nation- state”. Keragaman masyarakat multikultural sebagai kekayaan bangsa di sisi lain sangat rawan memicu Mahdayeni et all, 2019 konflik dan perpecahan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasikun bahwa kemajemukan masyarakat Indonesia paling tidak dapat dilihat dari dua cirinya yang unik, pertama secara horizontal, ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, adat, serta perbedaan kedaerahan, dan kedua secara vertikal ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam. Pluralitas dan heterogenitas yang tercermin pada masyarakat Indonesia diikat dalam prinsip persatuan dan kesatuan bangsa yang kita kenal dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”, yang mengandung makna meskipun Indonesia berbhinneka, tetapi terintegrasi dalam kesatuan. Hal ini merupakan sebuah keunikan tersendiri bagi bangsa Indonesia yang bersatu dalam suatu kekuatan dan kerukunan beragama, berbangsa dan bernegara yang harus diinsafi secara sadar. 7 Agama berasal bahasa Sanksekerta yaitu dari kata “gam” yang artinya pergi. Selain itu kata agama juga dapat dijabarkan sebagai “A” yang berarti tidak, dan “ gama” yang berarti kacau. Jadi agama dapat diartikan sebagai sesuatu yang tidak kacau Bahrum Rangkuti, 1986. Agama dapat diartikan sebagai suatu peraturan Allah yang diturunkan-Nya kepada manusia melalui perantaraan Rasulnya, untuk dijadikan pedoman bagi kehidupan manusia, dalam menjalankan kehidupannya disegala aspek, sehingga manusia dapat mencapai kejayaan hidup secara lahirian dan batiniah dan bahagia di dunia dan akhirat. Selain itu di dalam agama juga terdapat unsur-unsur yang harus diketahui, antara lain; 1. Adanya peraturan dari Allah Swt 2. Adanya ajaran yang disampaikan oleh Rasul kepada manusia, dan 3. Adanya tujuan yang ingin dicapai oleh manusia. Ketiga unsur itulah yang melekat dalam setiap agama yang ada di dunia ini Syahmin Zaini, 1986. Sejarah tentang manusia beragama dalam kajian kebudayaan berhubungan dengan bebarapa kejadian yang menyebabkan manusia itu merasa bahwa agama itu sangat dibutuhkan dalam kehidupannya. Sejarah agama dalam kajian budaya ada dua hal yang menjadi persoalan, yaitu tentang asal-usul lahirnya agama dan juga perkembangan agama dalam kehidupan manusia Bustanuddin Agus, 2007. Agama berkembangan dalam kehidupaan manusia disebabkan oleh beberapa faktor 1. Adanya ketidak mampuan yang dimiliki oleh manusia dalam menghadapi persoalan yang terjadi dialam, misalnya terjadinya bencana alam menjadikan manusia dapat mengetahui tentang bukti adanya Tuhan. 2. Ketidak mampuan manusia dalam melestarikan dan menjaga sumber daya yang ada di alam, seperti tidak mampu manusia memberikan jaminan untuk membuktikan bahwa matahari akan tetap bersinar meskipun dalam keadaan mendung. 3. Ketidak mampuan manusia dalam menjalin dan mengatur tindakan manusia untuk damai dengan sesama manusia lainnya. Ketiga hal tersebut yang menjadikan manusia pada awalnya mempercayai akan kekuatan yang ada di dunia ini, yaitu kekuatan gaib dari yang Maha mampu memberikan keselamatan, kelestarian, serta yang membantu manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Koentjaraningrat menyatakan bahwa ada beberapa komponen yang berkaitan dengan aspek kehidupan manusia, yaitu Koentjaraningrat, 1987 Emosi keagamaan, Sistem keyakinan, Sistem ritual dan upacara, Peralatan ritual dan upacara serta Umat beragama. Kebudayaan atau budaya, menurut Kontjaraningrat dapat diartikan sebagai “keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyrakat yang dijadikan mili diri manusia dengan belajar”. Dengan demikian, kebudayaan adalah keseluruhan dari kehidupan manusia yang terpola dan didapatkan dengan belajar atau diwariskan dari generasi terdahulu kepada generasi berikutnya secara turun temurun. Hasil dari kebudayaan itulah yang nantinya terus menerus berkembang Abrahamic Religions Jurnal Studi Agama-Agama Vol. 2, No. 1 Maret 2022 E - ISSN 2797-6440 P - ISSN 2797-7722 8 Ning Ratna Sinta Dewi Konsep Simbol Kebudayaan Sejarah Manusia Beragama dan Berbudaya dan bahkan mendarah daging dalam kehidupan manusia. Jika dilihat dari sejarah, budaya pada manusia sudah ada sejak manusia pertama kali diciptakan oleh Tuhan. Budaya itu sudah ada secara alamiah dalam diri manusia, akan tetapi budaya berkembang sesuai dengan ide dan kreativitas manusia dan sesuai dengan perkembangan zaman yang ada. H. Kondisi dan Situasi Kritis Keberagamaan Adalah suatu realitas bahwa unsur religius sebagai keunikan umat manusia itu membawa ekses negatif dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga manusia harus memikirkan hakikatnya kembali dalam peran sebagai makhluk moral. Apalagi kekhususan manusia adalah makhluk agama juga, yang dianggap sebagai faktor baik dalam kehidupan umat manusia, karena terkait dengan kesucian ilahi dan kebaikan moral religius. Namun, justru unsur religius itu membawa ekses negatif dalam peradaban manusia, sehingga manusia harus memikirkan kembali peran moralnya sebagai makhluk religius. Tidak seperti moral alamiah yang seringkali tanpa batas-batas nilai yang relatif dari dirinya sendiri manusia, maka moral agama seharusnya memainkan peranan penting dalam kemanusiaan. Untuk itu, manusia masa kini harus menyadari dirinya sebagai “makhluk religius” dalam suatu kebudayaan yang luhur dan terus selalu mengingatkan, agar tidak keluar dari konsep-konsep kesucian agamanya. Karena keberadaan agama dituduh sebagai “anasir jahat” yang dipakai untuk melukai sesama manusia, karena sikap dan hati saling membenci berkepanjangan dari ajaran agama. Beberapa orang sering berdalih, bahwa konflik itu dikarenakan soal penafsiran agama yang melenceng oleh kaum ekstrimis, bahkan sampai pada penilaian agama itu sendiri mengandung jahatnya sendiri-sendiri Togardo Siburian, 2016. Secara teoritis hal ini pernah diakui juga, walau tidak sepenuhnya soal efek agama. Menurut profesor ilmu budaya UGM, Loekman Soetrisno dalam bukunya yang berfokus kasus di Indonesia, “Agama merupakan wahana yang sangat efektif untuk memobilisasi masa guna mencapai tujuan negatif seperti penyebab konflik karena, walaupun di halaman lain beliau berpendapat agama bukanlah penyebab utama konflik di masyarakat, namun “agama adalah salah satu faktor penyebab dari sekian banyak faktor yang menjadi penyebab konflik,” misalnya “Birokrasi yang tidak teratur dan kesenjangan sosial antarkelompok dan ketidakberdayaan ekonomi politik yang tinggi.” Di sini cukup diakui bahwa agama dapat menjadi faktor potensial untuk mendinginkan nurani manusia dan sangat berbahaya dalam relasi-relasi antarumat yang berbeda, untuk menjadi sarana permusuhan dalam hati. Sejalan dengan esensi keagamaan yang mempengaruhi kehidupan manusia, baik secara individual maupun komunal di dalam kebiasaan-kebiasaan umum budayanya. Manusia sebagai “makhluk budaya” yang beragama akan mempengaruhi keseluruhan kehidupan, baik dalam proses pemikiran, perkataan, tindakan pribadi, perubahan sosial, dan lain-lain. Dalam konteks ini biasanya disebut menjadi “system kepercayaan”. Secara antropologis, kebudayaan adalah semacam cara pandang seseorang ketika bertindak dalam berkehidupan, berbicara, berpikir, dan lain lain. Agama sangat mempengaruhi 9 budaya manusia sebagai suatu sistem simbol yang beraksi untuk mempengaruhi dan membentuk cara-cara manusia dalam tindakan dinamis sehari-hari. Kesimpulan Keyakinan umat Islam selalu berorientasi kepada kebenaran, dan tidak Simbol atau lambang bisa diartikan sebagai sesuatu seperti tanda, lukisan, perkataan, lencana, ataupun tanda yang berhubungan dengan benda-benda. Simbol sering dihubungkan dengan tanda, dimana hubungan antara tanda dan objek yang bersifat semena-mena arbiter. Setiap tanda tersusun dari dua bagian, yakni signifier penanda dan signified petanda. Konsep simbol dalam kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu rancangan ataupun ide-ide atau gagasan mengenai suatu hal yang berkaitan dengan adalah makhluk yang berbudaya, dimana dalam kebudayan yang ada pada manusia banyak terdapat simbol-simbol, oleh karena itu, budaya yang dimiliki oleh manusia adalah budaya yang penuh dengan warna dan dengan simbolisme. Kedudukan simbol dalam kebudayaan dan juga dalam tindakan manusia yaitu sebagai salah satu dari inti kebudayaan dan juga sebagai salah satu pertanda dari tindakan manusia. Selain itu, simbol yang berupa benda, keadaan atau hal yang sebenarrnya bebas dan terlepas dari tindakan manusia. Agama dapat diartikan sebagai suatu peraturan Allah yang diturunkan-Nya kepada manusia melalui perantaraan Rasulnya, untuk dijadikan pedoman bagi kehidupan manusia, dalam menjalankan kehidupannya disegala aspek. Sejarah agama dalam kajian budaya ada dua hal yang menjadi persoalan, yaitu tentang asal-usul lahirnya agama dan juga perkembangan agama dalam kehidupan manusia. Kebudayaan adalah keseluruhan dari kehidupan manusia yang terpola dan didapatkan dengan belajar atau diwariskan dari generasi terdahulu kepada generasi berikutnya secara turun temurun. Kebudayaan itu lahir pada saat manusia itu sudah mampu melakukan aktivitas dalam kehidupannya. Karena budaya itu secara alamiah sudah ada dan melekat dalam diri setiap manusia.” REFERENSI Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama, cet I, Jakarta Grafindo Persada, 2007. Herusatoto, Budiono, Simbolisme Jawa, cet. I, YogyakartaOmbak, 2008. Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi, Jakarta UI Press, 1987. Mahdayeni et all, Manusia Dan Kebudayaan Manusia Dan Sejarah Kebudayaan, Manusia Dalam Keanekaragaman Budaya Dan Peradaban, Manusia Dan Sumber Penghidupan, dalam TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 7, No. 2 Agustus 2019. Maran Rafael Raga, Manusia Dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar, Jakarta Rineka Cipta, 2007 Poespowardojo, Soerjanto, Filsafat tentang Manusia, cet. I, JakartaGramedia, 1977. Purwadi, Penghayatan Keagamaan Orang Jawa, cet. I, YogyakartaMedia Presindo, 2002. Abrahamic Religions Jurnal Studi Agama-Agama Vol. 2, No. 1 Maret 2022 E - ISSN 2797-6440 P - ISSN 2797-7722 10 Ning Ratna Sinta Dewi Konsep Simbol Kebudayaan Sejarah Manusia Beragama dan Berbudaya Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet II, Jakarta Balai Pustaka, 2007. The Liang Gie, Suatu Konsepsi Ke Arah Penerbitan Bidang Filsafat, Yogyakarta Karya Kencana, 1997. Togardo Siburian, Menuju Kesetaraan Dalam Beragama Yang Berbudaya Refleksi Seminarian Injili, dalam SOCIETAS DEI, Vol. 3, No. 2 Oktober 2016. Zaini, Syahmin, Mengapa Manusia Harus Beragama, cet I, Jakarta Kalam Mulia, 1986. Jacobus Ranjabar. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar. Ghalia Indonesia. Khairil Fazal, M. 2021. Hubungan Simbiosis Masyarakat Aceh Besar Dengan Tradisi Hindu. Abrahamic Religions Jurnal Studi Agama-Agama, 1. Laode Monto Bauto. 2014. Perspektif Agama dan Kebudayaan Dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia Suatu Tinjauan Sosiologi Agama. JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23,. Muhammad. 2020. Hubungan Agama dan Budaya Pada Masyarakat Gampong Kereumbok Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh. Substantia Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, Volume 22. Sahar Santri. 2015. Pengantar Antropologi Integrasi Ilmu Dan Agama 1 ed.. cara baca. All publication by Abrahamic Religions Jurnal Studi Agama-Agama are licensed under a Lisensi Creative Commons Atribusi Internasional ResearchGate has not been able to resolve any citations for this MuhammadThis research paper article aims to reveal the correlation between religion and culture of “Keureumbok village” community based on the theory proposed by Geertz. The researcher investigated the paradigm displayed through an interpretive anthropological context to pinpoint religion as a system consisting of various symbols that have meaning. According to Geertz, religion is labeled as a system of symbols that exists and constructs cultural patterns, which in turn can form a model. In other words, religion is a model for reality truth, which can only be perfectly and precisely acquired through interpretations. An interpretative method is a way that socially presents and scrutinizes empirical data about the real truth reality, or social fact. The more sources can be collected, the higher the trust will be earned. In the case of religion and culture in the lay community of “Keureumbok village” in Aceh, the researcher viewed that the link was more closely related. It is found that “Keureumbok” people rely more on religious symbols, which are the manifestations of cultural elements. People, who previously value religion, instead decide to blend in religious life to avoid being shunned from the community to such an extent that religion and culture are interconnected in Aceh. Surprisingly, cultures dominantly play a role in society than in religious values. Abstrak Artikel ini bertujuan melihat kaitan agama dan budaya pada masyarakat Gampong Keureumbok berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Geertz. Peneliti mengkaji kerangka pemikiran yang ditampilkan melalui konteks antropologis interpretatif. Untuk memahami agama sebagai suatu sistem yang terdiri atas berbagai simbol yang mempunyai makna. Menurut Geertz agama dideskripsikan sebagai suatu sistem simbol-simbol yang ada dan membuat pola-pola budaya, yang pada gilirannya dapat membentuk model. Dengan kata lain, agama adalah model untuk realitas hanya dapat diperoleh dengan baik dan tepat melalui cara-cara interpretasi. Metode interpretatif adalah sesuatu cara yang menyajikan dan menjelaskan data empiris secara sosial mengenai kenyataan yang sesungguhnya realitas, social fact fakta sosial. Semakin banyak sumber laporan maka akan muncul kepercayaan yang tinggi terhadap laporan tersebut. Refleksi penulis dalam kasus agama dan budaya pada masyarakat awam di Keureumbok Aceh, lebih erat kaitannya. Penulis menemukan bahwa masyarakat Keureumbok lebih percaya pada symbol agama yang merupakan manifestasi dari unsur budaya. Masyarakat yang sudah memahami agama justru memilih melebur dalam kehidupan keagamaan, agar tidak dikucilkan dari kelompok masyarakat, sehingga di Aceh agama dan budaya saling terkait dan bahkan lebih dominan budaya yang berperan dalam masyarakat dari pada nilai-nilai AgusAgama Dalam KehidupanManusiaAgus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama, cet I, Jakarta Grafindo Persada, 2007.Budiono HerusatotoSimbolisme JawaHerusatoto, Budiono, Simbolisme Jawa, cet. I, YogyakartaOmbak, 2008.KoentjaraningratKoentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi, Jakarta UI Press, 1987.The Liang GieThe Liang Gie, Suatu Konsepsi Ke Arah Penerbitan Bidang Filsafat, Yogyakarta Karya Kencana, 1997.Togardo SiburianTogardo Siburian, Menuju Kesetaraan Dalam Beragama Yang Berbudaya Refleksi Seminarian Injili, dalam SOCIETAS DEI, Vol. 3, No. 2 Oktober Sosial Budaya Indonesia Suatu PengantarJacobus RanjabarJacobus Ranjabar. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar. Ghalia Khairil FazalKhairil Fazal, M. 2021. Hubungan Simbiosis Masyarakat Aceh Besar Dengan Tradisi Hindu. Abrahamic Religions Jurnal Studi Agama-Agama, 1. Monto BautoLaode Monto Bauto. 2014. Perspektif Agama dan Kebudayaan Dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia Suatu Tinjauan Sosiologi Agama. JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 23,. Geertssecara jelas mendefinisikannya. "Kebudayaan adalah suatu sistem makna dan simbol yang di mana individu-individu mendefinisikan dunianya, menyatakan perasaannya dan memberikan penilaian-penilaiannya; suatu pola makna yang ditransmisikan secara historik diwujudkan di dalam bentuk-bentuk simbolik melalui sarana di mana orang-oarang mengkomunikasikan
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Terangkan konsep Kebudayaan sebagai sistem simbolKebudayaan sebagai sistem simbol mempunyai makna yang sangat luas. Semua obyek apapun tentang hasil kebudayaan yang mempunyai makna dapat disebut simbol. Pengertian simbol dari pandangan semiotik ini diartikan sebagai suatu tanda menurut kesepakatan atau konvensi yang dibentuk secara bersama-sama oleh masyarakat atau budaya di mana simbol itu berlaku, sehingga hubungan antara apa yang disebut penanda significant dan bersifat petanda signified bersifat arbiter. Kebudayaan sebagai sistem simbol nampaknya lebih bersifat abstrak dan suli untuk di observasi, tetapi sebagai suatu kompleks aktivitas manusia dipandang sebagai sistem sosial, lebih konkret dan mudah dipahami. Kebudayaan merupakan produk yang dihasilkan oleh kemampuan manusia dengan menggunakan lambang dan simbol. Simbol berfungsi sebagai proses kehidupan sosial, sehingga sistem simbol diibaratkan sebuah program komputer yang berfungsi sebagai pengoperasian. Simbol merupakan suatu rumusan yang nampak dari segala pandangan, abstraksi dari pengalaman yang telah ditetapkan dalam bentuk yang dapat dimengerti, perwujudan konkret dari gagasan, sikap, putusan, kerinduan dan keyakinan. Geertz tentang kebudayaan dan simbol menjelaskan bahwa, sistem simbol yang diciptakan manusia, dan cara konvensional digunakan bersama, teratur dan benar-benar dipelajari, memberi manusia suatu kerangka yang penuh dengan arti untuk mengorientasikan dirinya kepada orang lain, kepada lingkungannya, dan pada dirinya sendiri; sekaligus juga sebagai produk dan ketergantungan dengan interaksi sosial. Sistem simbol adalah sistem penandaan yang di dalamnya mengandung makna harafiah, bersifat primer dan langsung ditunjukkan, tetapi juga mengandung makna lain yang bersifat sekunder dan tidak langsung, biasanya berupa kiasan yang hanya dapat dipahami berdasarkan makna pertama. Lihat Sosbud Selengkapnya
membutuhkan Manusia sebagai anggota masyarakat dalam melakukan interaksinya seringkali menggunakan simbol dalam memahami interaksinya.7 Adapun fungsi simbol adalah : 1. Simbol memungkinkan manusia untuk berhubungan dengan dunia material dan sosial dengan membolehkan mereka memberi nama, membuat katagori, dan mengingat objek-objek yang mereka
Jika kebudayaan dilihat sebagai sistem tanda, maka setiap gejala alamiah dan biologis adalah penanda yang akan memiliki makna. Fungsi tanda, secara sistemik berubah menjadi ekspresi simbolik sebagai objek representasional yang kerap muncul dalam ruang kebudayaannya. Simbol memiliki fungsi etik dan perilaku, termasuk model estetik, di mana hamparan kondisi alam menjadi implikasi dalam pembentukan dan orientasi pengendaliannya. Melalui daya imajinatif, ekspresi simbolik difungsikan sebagai signal, simbol, atau lambang, baik dalam bentuk verbal maupun visual, memiliki makna yang ambigu, tidak sama persis, metaforik, alegoris, asosiatif, figuratif, dan konotatif. Lebih jauh, simbol tidak hanya merepresentasikan gejala alamiah, juga memperlihatkan bentuk manifestasi kolektif yang menandai karakteristik kebudayaan dan peristiwa istimewa. Lambang pada awalnya digunakan oleh sekelompok masyarakat sebagai penanda kehadiran atau pembeda. Pada perkembangannya, lambang berfungsi sebagai penanda status sosial atau kekuasaan, sehingga penggunaannya dapat ditemukan pada lembaga suprematif, seperti kerajaan, militer, atau Pemerintahan moderen. Di wilayah Jepang, lambang dikenal dengan istilah Monsho. Bangsa Mongol mengenalnya dengan Tamga. Tughra digunakan kekaisaran Ottoman sebagai segel kekuasaan. Di wilayah Eropa dikenal istilah Heraldry atau Coat of Arms. Identitas visual yang muncul pada lambang secara umum memuat narasi sejarah yang menyertai kehidupan masyarakatnya, seperti kisah penaklukan, perjuangan, kepahlawanan, spiritual, atau mitologi. Ekspresi Simbolik Ikon, Ikonologi, Ikonografi Simbol adalah objek representasional yang bekerja sebagai sistem signifikasi. Secara keilmuan, identifikasi terhadap objek ini memiliki dimensi pemahaman yang beragam, terutama dalam kerangka terminologis. Meskipun tidak berpengaruh besar dalam aspek pragmatikanya, Qur'ana dan Sidik 2020 memperlihatkan bagaimana persoalan terminologi telah mengaburkan definisi dan fungsi. Apabila mengacu pada terjemahan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, Lambang bekerja secara metaforis, secara umum berada dalam ranah linguosemiotik. Padanan kata lambang dalam KBBI mencakup atribut, cap, emblem, ikon, karakter, kode, markah, petunjuk, simbol, sinyal, dan tanda. Lebih lanjut, Qur'ana dan Sidik menjelaskan, perbedaan Lambang dan Logo didasari kepentingan fungsi internal dan ekternal. Dunia seni adalah bidang pengetahuan yang dipenuhi simbol. Maksimenko dan Khromenkov 2019 menganggap perluasan konsep simbol ke dalam bentuk lambang merupakan proses yang mengabungkan bahasa, mitos, sejarah, dan seni, sehingga dapat menjadi bentuk simbolik, sebagai objek representasi kultural. Dalam kerangka semiotik dan hermeneutik, lambang adalah kode budaya yang berada dalam ruang semiosfer spesifik, keberadaannya tidak hanya memiliki konstruksi makna filosofis, bentuk manifestasinya memuat unsur semantik yang memerlukan interpretasi lain. Mekanisme dalam sistem komunikasi menggambarkan proses menyampaikan informasi dalam konteks berbagi keyakinan. Sehingga secara kultural, Carey 2009, hlm. 19 mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses simbolik di mana realitas diproduksi, dirawat, diperbaiki, dan dimodifikasi. Ekspresi simbolik menunjukan gejala produksi tanda untuk mendeskripsikan pengalaman dalam memandang, mengobservasi, dan mengawasi dunia melalui simbol linguistik maupun simbol visual. To read the file of this research, you can request a copy directly from the has not been able to resolve any citations for this publication. Peeter ToropThe interpretation of cultural history in the context of cultural semiotics, especially interpretation of semiotics of cultural history as a semiotics of culture, and semiotics of culture as a semiotics of cultural history, gives us, first, a deeper understanding of the analysability of cultural history and, at the same time, of the importance of history and different aspects of temporality for the semiotics of culture. Second, the history of the semiotics of culture, especially the semiotics of culture of the Tartu-Moscow School of Semiotics, is an organic part of cultural history, while the self-presentation of the school via establishing explicit and implicit contacts with the heritage of Russian theory the Formalist School, the Bakhtin circle, Vygotskij, Eisenstein etc was already a semiotic activity and an object of the semiotics of cultural history. Third, the main research object of semiotics of culture is the hierarchy of the sign systems of culture and the existent as well as historical correlations between these sign systems. Such conceptualization of the research object of semiotics of culture turns the latter into a semiotics of cultural history. Emphasizing the semiotic aspect of cultural history can support the development of semiotics of culture in two ways. First, semiotics of culture has the potential of conducting more in-depth research of texts as mediators between the audience and the cultural tradition. Second, semiotics of culture as a semiotics of cultural history can be methodologically used for establishing a new chronotopical theory of culture. Richard A. RogersCultural appropriation is often mentioned but undertheorized in critical rhetorical and media studies. Defined as the use of a culture’s symbols, artifacts, genres, rituals, or technologies by members of another culture, cultural appropriation can be placed into 4 categories exchange, dominance, exploitation, and transculturation. Although each of these types can be understood as relevant to particular contexts or eras, transculturation questions the bounded and proprietary view of culture embedded in other types of appropriation. Transculturation posits culture as a relational phenomenon constituted by acts of appropriation, not an entity that merely participates in appropriation. Tensions exist between the need to challenge essentialism and the use of essentialist notions such as ownership and degradation to criticize the exploitation of colonized Wahyu Qur'anaAbdurrahman SidikPenggunaan lambang dan logo saat ini masih banyak yang tidak sesuai dengan fungsi dan tujuannya dibuat. Apabila mengacu pada pengertiannya, lambang dan logo memiliki makna yang berbeda pula. Penggunaan lambang dan logo juga banyak digunakan pada perguruan tinggi di Indonesia. Beberapa perguruan tinggi yang menggunakan lambang dan logo yaitu Universitas Indonesia, Universitas Negeri Malang, Universitas Brawijaya, Universitas Muhammadiyah Malang, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, dan lainnya. Lambang digunakan untuk kepentingan internal di dalam perguruan tinggi, seperti penggunaan dalam spanduk acara di dalam kampus, skripsi, penulisan tugas dan makalah atau karya ilmiah. Sedangkan logo digunakan untuk kepentingan eksternal yang hubungannya dengan stakeholder perguruan tinggi, seperti kepentingan dengan instansi mitra dan atau alumni. Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari hingga saat ini hanya menggunakan lambang dan tidak mempunyai logo. Lambang dan logo mempunyai peran dalam membentuk identitas visual perguruan tinggi. Identitas visual erat kaitannya dengan brand. Tujuan utama dalam membangun identitas visual yaitu agar produk atau jasa yang ditawarkan mampu melekat dengan kuat dalam pikiran dan hati konsumen. Jika dikaitkan dengan penelitian ini yaitu identitas visual perguruan tinggi seperti lambang dan logo berfungsi sebagai pembeda perguruan tinggi dengan yang lainnya, penerapan visi dan misi, kumpulan berbagai atribut fisik, emosi, pemahaman logis, karakteristik, performa, aset, dan janji dari perguruan tinggi itu sendiri. Peneliti melakukan perancangan identitas visual berupa logo Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari untuk memperkuat brand yang telah dibangun agar dapat dikenal masyarakat secara Kunci Brand, Desain, Identitas Visual, LogoJane DavisonPurpose This paper aims to explore the entangling of economic, social and cultural values which circulate in visual branding, reflect business practice and add intangibles to organisations. Design/methodology/approach The study is placed in the context of the difficulties and shortcomings of accounting for brands. A conceptual framework is constructed, based in critical theory from arts disciplines, notably from the thought of Barthes, Panofsky and Peirce. The icon is a primary denotation or representation. Iconography is a secondary level of coded meaning. Iconology is an interpretation that calls on the unconscious. Intermingling of the icon and the logos is considered. This accounting context and arts framework are used to compare the financial statements of the Bradford & Bingley Bank with its visual branding. Findings The financial statements are almost silent regarding brands, in line with regulation. In response to the greater competition that accompanied deregulation and globalisation, the Bank's lending and funding practices become more innovative. The visual framework reveals a changing iconography and iconology where class, detectives, music hall and the bowler‐object may be discerned. An iconology is suggested of dreamlike connotations and magical powers in the collective unconscious. The Bradford & Bingley have actively managed their visual branding to reflect and appeal to a changing society, and a more competitive business environment. Research limitations/implications The study provides a model which may be applied to visual aspects of financial reporting and branding. It would benefit from an assessment of readership impact. Practical implications The analysis is of interest to accounting researchers, practitioners, trainees and auditors. It illuminates the ways in which visual branding interacts with business practices and conveys intangible values that are not reflected in the accounts. Originality/value The paper augments theoretical and empirical work on visual images in Logo dalam Bingkai Tradisi Komunikasi Visual. Book ChapterD I AbdurrahmanAbdurrahman, D. I. 2019. Definisi Logo dalam Bingkai Tradisi Komunikasi Visual. Book Chapter. Bandung. Sunan Ambu is Visual Culture in Contemporary Theories of Media and CommunicationK BeckerBecker, K. 2004. Where is Visual Culture in Contemporary Theories of Media and Communication?. Nordicom Review. 25. and Communication StudiesJ FiskeFiske, J. 2006. Cultural and Communication Studies. Editor Idy Subandy Ibrahim, Cetakan III. Yogyakarta Jalasutra. ISBN 979-3684-19-4M FoucaultFoucault, M. 2019. Arkeologi Pengetahuan. Terjemahan Lathief S. Nugraha. Yogyakarta BasaBasi. ISBN 978-623-7290-17-9Signs and Symbols Their Design and MeaningA FrutigerFrutiger, A. 1989. Signs and Symbols Their Design and Meaning. Terjemahan Andrew Bluhm. New York Van Nostrand Reinhold. ISBN 0-442-23918-1Polysemiotic Elements of the State EmblemsO I MasimenkoP N KhromenkovMasimenko, O. I., Khromenkov, P. N. 2019. Polysemiotic Elements of the State Emblems. RUDN Journal of Language Studies, Semiotics and Semantics, 10 4. DOI 10. 22363/2313-2299-2019-10-4-947-956ISBN 979-692-238-X SumardjoA SoburSobur, A. 2016. Semiotika Komunikasi. Cetakan Keenam. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. ISBN 979-692-238-X Sumardjo, J. 2014. Estetika Paradok. Bandung Kelir. ISBN 978-602-17836-4-1
April16th, 2018 - Latar Belakang Masalah Penelitian Ini Adalah Saat Ini Simbol Simbol Agama Semakin Marak Digunakan Di masyarakat pada umat agama minoritas' 'Bamz Blog MAKALAH IKLAN DAN DIMENSI ETISNYA 2 / 9. April 22nd, 2018 - Karena kecenderungan yang berlebihan untuk April 26th, 2018 - Dalam tataran simbol simbol budaya Pengembangan

Hallo teman-teman semua, kali ini saya akan membagikan materi mengenai Kebudayaan Sebagai Sistem Kognitif Dan Kebudayaan Sebagai Sistem Simbolik, materi ini merupakan tugas kuliah dari mata kuliah Teori-Teori Budaya, pada semester 4. Berikut materinya Budaya dipandang sebagai sistem pengetahuan, menurut Ward Goodenough Kebudayaan suatu masyarakat terdiri atas segala sesuatu yang harus diketahui atau dipercayai seseorang agar dia dapat berperilaku dalam cara yang dapat diterima oleh anggota-anggota masyarakat tersebut. Budaya bukanlah suatu fenomena material dia tidak terdiri atas benda-benda, manusia, tingkah laku atau emosi-emosi. Budaya lebih merupakan organisasi dari hal-hal tersebut. Budaya adalah bentuk hal-hal yang ada dalam pikiran mind manusia, model-model yang dipunyai manusia untuk menerima, menghubungkan, dan kemudian menafsirkan fenomena material di atas. Kebudayaan terdiri atas pedoman-pedoman untuk menentukan apa, untuk menentukkan apa yang dapat menjadi, untuk menentukkan apa yang dirasakan seseorang tentang hal itu, untuk menentukkan bagaimana berbuat terhadap hal itu, dan untuk menentukkan bagaimana caranya menghadapi hal itu. Keesing Dalam sistem kognitif ide/ gagasan/ pengetahuan/ pemikiran yang mempedomani manusia dalam berperilaku bertindak dan menghasilkan karya tertentu. Artinya perilaku tindakan dan material yang terlihat dan muncul dalam berbagai fenomena disekitar kita dalam kehidupan sehari-hari bukanlah budaya tetapi hasil budaya. Budaya bagi kaum kognitif lebih ditekankan pada sistem ide atau gagasan, karena itulah yang mengendalikan perilaku manusia didalam sistem sosialnya. Pandangan demikian dipengaruhi oleh aliran pemikiran fenomenologis yang memandang fenomena bukanlah kesatuan yang sesungguhnya, tetapi sesuatu yang sudah ada dalam persepsi dan kesadaran individu tentang sesuatu. Perilaku dan material sebenarnya dikendalikan oleh sistem kognitif ide/ gagasan/ pengetahuan/ pemikiran. Kognitif akan membaca lingkungan yang dihadapi yang akhirnya akan menuntun manusia untuk berperilaku sesuai dengan apa yang dibaca oleh kognitif. Namun, fenomena yang ada di sekitar kita tidak selalu yang sebenarnya. Tetapi telah dibentuk dipersepsikan oleh kesadaran individu tentang sesuatu. Tidak selalu kognitif itu jujur, banyak kasus kognitif pun terkadang sering menipu. Misalnya Kognitif bilang akan marah, tetapi batal ketika teman mengelus pundaknya. Kognitif bilang akan mengumpulkan PR, tetapi batal setelah PR tersebut dibahas dalam kelas. Dalam hal tersebut berarti prilaku dikendalikan oleh proses timbal balik antara kognitif dan lingkungan disekitarnya. Kebudayaan sebagai pengetahuan, dilihat sebagai bahasa lalu muncul sebagai etnosains. Indonesia mempunyai banyak suku bangsa dengan beragam bahasa sehingga melahirkan kebudayaan yang berbeda-beda. bahasa lebih dulu lahir daripada kebudayaan, melalui bahasa manusia mengetahui budaya dari masyarakat lain. Bahasa hakekatnya adalah sistem perlambangan yang disusun secara semaunya sendiri. Material yang digunakan untuk membangun bahasa pada dasarnya adalah material yang sama dengan pembentuk kebudayaan yakni adanya relasi logis, oposisi, dan korelasi. Kajian kebudayaan menggunakan model kajian dalam linguistik yang disebut dengan struktural linguistik. Adanya etnosains berawal dari pemikiran bahwa kebudayaan sebagai sistem kognitif pemikiran/ pengetahuan/ gagasan. Dalam mengkaji kebudayaan perlu untuk melihat fenomena kebudayaan dari sudut pandang para pemilik kebudayaan yang diteliti, untuk mencapainya maka digunakan metode yang diterapkan dalam ilmu bahasa atau linguistik yaitu tentang fonologi. Fonologi mempelajari bagaimana bahasa itu dituliskan melalui dua cara yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik yakni cara penulisan bunyi bahasa dengan memakai simbol-simbol peneliti sedangkan fonemik yakni cara penulisan bunyi bahasa menurut cara yang digunakan oleh penutur. Etnosains berarti pengetahuan yang dimiliki oleh suatu bangsa atau lebih tepat lagi suatu suku bangasa atau kelompok sosial tertentu. Penekanannya adalah pada sistem atau perangkat pengetahuan yang merupakan pengetahuan yang khas. Berusaha menemukan bagaimana masyarakat mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran kemudian menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Budaya ada dalam pikiran manusia dan bentuknya adalah organisasi pikiran tentang fenomena material. Tugas etnografer adalah menggambarkan organisasi pikiran tersebut. Setiap masyarakat, suku bangsa atau kelompok sosial tertentu pada dasarnya membuat klasifikasi peneliti berusaha mengungkap struktur-struktur yang digunakan untuk mengklasifikasi lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Tujuan etnosains adalah melukiskan lingkungan sebagaimana dilihat oleh masyarakat yang diteliti. Asumsi dasarnya adalah bahwa lingkungan bersifat kultural, sebab lingkungan yang sama pada umumnya dapat dilihat dan dipahami secara berlainan oleh masyarakat yang berbeda latar belakang kebudayaannya. setyaningsih/artikeletnosains dan etnometodelogi. Implikasi metode 1. Penguasaan bahasa setempat Dalam bahasa tersimpan nama-nama berbagai benda yang ada dalam lingkungan mereka. Melalui bahasa manusia menciptakan keteraturan dalam persepsinya atas lingkungan. Dari nama-nama ini kita dapat mengetahui patokan apa yang dipakai oleh suatu masyarakat untuk membuat klasifikasi, yang berarti juga kita dapat mengetahui pandangan hidup pendukung kebudayaan tersebut. 2. Mengajukan pertanyaan dengan menggunakan konsep-konsep yang dimiliki oleh warga masyarakat yang diteliti. Implikasi fokus permasalahan 1. Kebudayaan sebagai bentuk dari segala sesuatu yang dimiliki orang dalam pikiran. Bentuk kajiannya adalah mengungkap gejala-gejala materi yang dianggap penting oleh warga masyarakat dan bagaimana masyarakat mengorganisir berbagai gejala tersebut dalam sistem pengetahuan mereka. Tujuannya mengungkap prinsip-prinsip untuk memahami lingkungan dan menjadi landasan tingkah laku mereka. 2. Memfokuskan pada kajian tentang rules atau aturan-aturan bahwa kebudayaan sebagai hal-hal yang harus diketahui seseorang agar dapat mewujudkan tingkah laku bertindak menurut cara yang dapat diterima oleh warga masyarakat di tempat keberadaannya. Mengkaji kategorisasi-kategorisasi sosial, artinya kategorisasi-kategorisasi yang dipakai dalam interaksi sosial. 3. Fokus pada kebudayaan sebagai alat atau sarana yang dipakai untuk perceiving-dealing with circumstances, yang berarti alat untuk menafsirkan berbagai macam gejala yang ditemui. Menyangkut tempat atau ruang, waktu, pelaku. Peneliti dengan fokus pertama akan memperhatikan percakapan tersebut dengan menanyakan lebih mendalam pada kategorisasi material. Sedangkan peneliti dalam fokus ketiga akan memperhatikan percakapan tersebut dengan mencari klasifikasi lebih mendalam, tidak hanya yang menyangkut obyek-obyek atau benda saja, namun juga kategorisasi mengenai cara-cara, tempat-tempat, kegiatan-kegiatan, pelaku-pelaku, tujuan-tujuan dan sebagainya. Relevansinya terhadap kajian sosial di Indonesia yakni memahami dari perspektif emik, baik itu miskin, bodoh, dan lain sebagainya. Budaya dipandang sebagai sistem simbolik, menurut Schneider Budaya adalah satu sistem simbol dan makna. Budaya merangkum kategori-kategori atau unit-unit dan aturan-aturan tentang hubungan sosial dan perilaku. Menurut Schneider bahwa analisis tentang budaya sebagai sistem simbol dapat menguntungkan kalau dilakukan secara bebas diluar “bentuk-bentuk peristiwa yang aktual” yang dapat diamati oleh seseorang sebagai kejadian dan tingkah laku. Keesing Kebudayaan berasal dari simbol-simbol berupa pemaknaan bersama terhadap simbol-simbol seperti teks. Hal demikian berarti budaya tidak berada dalam diri manusia, tetapi ada diantara manusia-manusia yang sedang melakukan interaksi dan hubungan dalam suatu kelompok sosial. Kebudayaan tidak berada dalam diri manusia, tetapi hanya ada diantara manusia-manusia anggota kelompok sosialnya. Budaya dalam hal ini, manusia selalu berusaha menciptakan dan menafsirkan simbol-simbol dalam pola interaksinya, budaya seperti sebuah teks yang memandu dan mempedomani kita dalam bertindak. Pemahaman budaya demikian, berasal dari pemikiran kaum simbolik yang memandang berbagai fenomena sosial haruslah dibaca dan dipahami understanding bukan hanya sekedar menjelaskan explaining. Simbol-simbol yang tampil di hadapan seseorang yang kemudian ditafsir/ diinterpretasi/ dimaknai secara bersama sesuai dengan kognitif yang diwariskan oleh kelompok sosialnya, berarti bahwa simbol bisa dikatakan sebagai budaya apabila manusia-manusia yang melakukan interaksi memiliki pemaknaan yang sama terhadap simbol yang ditampilkan. Banyak simbol yang ada tidak selalu dimaknai secara sama, tetapi dipaksakan oleh pemilik simbol agar dimaknai sesuai dengan keinginannya, misalnya kantong kresek hitam tidak sama dengan kantong merek matahari, sehingga masyarakat lebih memilih pergi ke mall untuk berbelanja supaya mendapatkan kantong kresek yang bermerk untuk eksistensi dirinya agar dipandang keren oleh masyarakat lainnya sesuai dengan keinginan dirinya. Dengan demikian, berarti simbol-simbol yang ditampilkan hanyalah sebuah wacana yang dibuat pemilik kekuasaan lalu dicap sebagai sebuah kebenaran. Wacana masuk dalam pikiran kita dengan tidak disadari melalui pencitraan simbol-simbol yang secara terus menerus ditampilkan dalam kehidupan kita. Pencitraan ini membuat berbagai fenomena dianggap benar yang lebih sebagai pembenaran daripada sebagai kebenaran. Kebudayaan sebagai sistem simbol yang bermakna, makna tidak terletak. di dalam kepala orang. Simbollah yang memungkinkan manusia menangkap hubungan dinamik antara dunia nilai dengan dunia pengetahuan. Kebudayaan pada intinya terdiri dari tiga hal utama yaitu sistem pengetahuan atau sistem kognitif, sistem nilai atau sistem evaluatif, dan sistem simbol yang memungkinkan pemaknaan atau interpretasi. Dengan demikian, melalui sistem makna sebagai perantara, sebuah simbol dapat menerjemahkan pengetahuan menjadi nilai, dan menerjemahkan nilai menjadi pengetahuan. Simbol dan makna dimiliki bersama oleh anggota masyarakat, terletak dalam relasi di antara mereka bukan di dalam diri mereka. Simbol dan makna bersifat umum public, bukan pribadi private. Mempelajari budaya berarti mempelajari aturan-aturan. Ketika mengamati penelitian harus melihat konteks supaya tidak salah dalam menafsirkan, salah satunya dengan cara mendeskripsikan dengan cara rinci, lengkap supaya menemukan konteks. Kajian hermeneutic pada dasarnya sampai makna, inti dari hermeneutic yakni setiap perilaku manusia perilaku simbolik ketika berhadapan dengan relasi sosial. Hermeneutic lebih bersifat tafsir partikular, di dalam penafsiran tidak ada benar dan salah namun tidak dengan sembarangan dalam menafsir. Orang tidak sembarangan dalam menafsir harus ada data yang benar. Sebagai mekanisme kontrol untuk mengatur perilaku manusia, maka jadilah blueprint cetak biru atau panduan yang berada di luar dirinya manusia. Misalnya dalam berpakaian rapih karena ada suatu kebudayaan yang telah melekat pada masyarakat. Kebudayaan tidak dilihat sebagai kompleks-kompleks, pola-pola dan tingkah laku yang konkret, misalnya adat istiadat, kebiasaan, tradisi, kumpulan kebiasaan seperti pada umumnya yang dilakukan sampai hari ini, melainkan seperangkat mekanisme kontrol, rencana, resep, aturan, instruksi, untuk mengatur tingkah laku manusia. Manusia adalah hewan yang bergantung mati-matian, pada mekanisme control di luar kulit yang bersifat ekstragenetis, prohram kultural untuk mengatur tingkah lakunya. antropologi simbolik. Semiotik yaitu ilmu tentang tanda sign sesuatu yang digunakan untuk proses berkomunikasi, kategori tanda menurut Peers diantaranya 1. Indeks Index yakni, ada hubungan gejala atau peristiwa. Misalnya Kuliah sore lalu cuaca mendung, yang kita lakukan bergegas ingin pulang ke kos masing-masing. 2. Icon Karena ada hubungan kemiripan. Misalnya mengucapkan meong karena meong merupakan suara kucing ada kemiripan suara, rambu lalu lintas, tanda-tanda seperti dilarang masuk, dilarang parkir. Tanda-tanda tersebut merupakan simbol.

qxcdFH.
  • 1vpzvnyvga.pages.dev/360
  • 1vpzvnyvga.pages.dev/116
  • 1vpzvnyvga.pages.dev/475
  • 1vpzvnyvga.pages.dev/122
  • 1vpzvnyvga.pages.dev/549
  • 1vpzvnyvga.pages.dev/664
  • 1vpzvnyvga.pages.dev/276
  • 1vpzvnyvga.pages.dev/14
  • 1vpzvnyvga.pages.dev/19
  • 1vpzvnyvga.pages.dev/979
  • 1vpzvnyvga.pages.dev/37
  • 1vpzvnyvga.pages.dev/854
  • 1vpzvnyvga.pages.dev/357
  • 1vpzvnyvga.pages.dev/250
  • 1vpzvnyvga.pages.dev/200
  • simbol terpenting dalam kebudayaan masyarakat adalah